Title: The Fourth Date
Author: MeydaaWK
Cast: Find It.
Genre: Sad, Romance
Rating: PG14
Length: Twoshoot
Author Note:
Author comebaccckkk!!
Hehe, setelah berapa bulan gak lanjutin nih ff, akhirnya Chapter2nya sekaligus END-nya keluar :D
Mian ya, kalo END nya agak sedikit aneh, Gak sesuai dengan keinginan kalian :(
Tapi tetep RCL ne?
Ghamsahamnida ^^
Check It Out!
Happy Reading~
______________
“Sooyoung-ah, aku benar-benar gugup.”
Kata Yuri dari telepon.
Sooyoung
mengedikkan bahu, meski tahu bahwa Yuri tidak akan tahu itu. “Dasar berlebihan,
nikmati saja. Biarkan mengalir.”
“Tapi aku benar-benar tidak tahu. Bagaimana
kalau rencananya gagal?! Bagaimana kalau Kris ternyata lupa dan tidak datang?
Bagai—”
“Shut Up! Semuanya akan baik-baik saja.
Tenang saja. Kalian berkencan dimana?”
“WinterEst.”
“Jam berapa?”
“Tujuh.”
Tiba-tiba,
perasaan itu membuncah di hati Sooyoung. Meledak-ledak seolah ia adalah bom
granat yang sudah meledak. Sooyoung memegangi dadanya dengan bingung. Dia tahu
ini perasaan macam apa. Dia cemburu.
Sooyoung menekan kuat-kuat dadanya, seolah itu bisa membuat perasaan itu
hilang. Tapi, tak bisa ditahan lagi.
Akhirnya,
Sooyoung memutuskan akan merusak
kencan Yuri bersama Kris. Tidak seharusnya mereka bahagia di atas penderitaan
dan sakit hatinya. Sooyoung bergegas mencari kunci mobilnya. Lalu setelah
menemukannya, dia mengeluarkan mobil sedannya dari garasi dan membawanya ke
WinterEst. Udara sangat dingin, tapi mungkin hangat. Sooyoung merasa kedinginan
karena gugup.
Dia sampai di
kafe mewah itu. Sooyoung bergegas masuk ke dalam dan menemui satu pelayan yang
wajahnya dapat dipercaya.
“Nona, tolong
kalau yeoja ini sama namjanya datang dan pesan minuman, tolong masukan obat ini
ke minuman namjanya ya.” Kata Sooyoung sambil menyodorkan potret Yuri yang
sedang tersenyum dan obat sakit perut dosis rendah.
“Ini obat
apa?” Tanya pelayan itu.
“Liver. Namja
itu sakit liver, dan dia tidak mau minum obat. Jadi tolong saya, tolong kasih
obat ini. Kalau dia tidak meminum obat ini, dia bisa mati.”
“Baiklah,”
pelayan itu akhirnya menyerah dan mengantongi obat berbentuk bubuk itu di
celemeknya. Sooyoung menyerahkan uang lalu menyelinap. Sudah pukul tujuh.
Seharusnya Kris dan Yuri sudah sampai.
“Benar-benar
namja yang tidak sopan! Bayangkan, dia meninggalkanku!” Seru Yuri sambil
mengentakkan kakinya. “Bahkan, dia tidak bertingkah seperti gentleman dan malah membiarkanku
membayar minumannya!”
Sooyoung dan
Hyera memberi Yuri tatapan prihatin. Bukan, yang prihatin hanya Hyera,
sementara Sooyoung berpura-pura. Dia sudah tahu semuanya.
“Hmm…
Mendengar itu, apa kau masih mau kencan dengannya?” Tanya Sooyoung pada Yoon
Ah.
“Yaah, itu
pilihan yang sulit. Tapi toh, aku tetap akan kencan dengannya.”
Shit. Maki Sooyoung dalam hati. Baiklah, aku harus menyiapkan plan selanjutnya. Lanjutnya, masih di dalam
hati.
“Aku permisi,
masih banyak tugas yang harus kukerjakan,” kata Sooyoung, lalu bergegas pergi
dari sana. Sampai di jalan, Sooyoung mengumpat-umpat pelan. Dia bukan orang
jahat. Kemarinpun, sebenarnya dia tidak tega meracuni minuman Kris. Dan
sekarang, dia harus menyiapkan plan
jahat lagi? Yang benar saja!
Sooyoung POV
Aissh, masa
aku harus meletakkan obat pembuat sakit perut lagi ke minuman Kris? Atau kuberi
di minuman Yoon Ah saja? Ah, itu bisa menimbulkan kecurigaan. Lagipula, seperti
tidak ada ide lain saja, plan satu
diulang-ulang.
Ah, bagaimana
kalau kusuruh pelayan menumpahkan minuman ke gaun Yoon Ah? Ide bagus! Tapi
sepertinya aku harus mengeluarkan uang lagi. Gwenchana, Sooyoung-ah, lagipula,
salah siapa berkencan dengan Kris!
Benarkah aku cemburu? Benarkah aku masih mencintai
Yifan? Benarkah aku masih merindukannya? Benarkah ini semua kulakukan untuk
membuat Yifan tetap mencintaiku? Agar ia tidak jatuh cinta pada teman-temanku
sendiri?!
Lupakan
Sooyoung-ah. Laksanakan rencana itu. Buat mereka semua kapok dan menjauhi Kris!
Ya, aku harus melakukan itu.
Eomma, Appa,
kenapa aku menjadi sejahat ini? Mungkinkah ini efek samping cemburu?
“Annyeong
Yongie-ya,” sapa Kris dari depanku.
Aku menarik
nafas dalam-dalam sebelum membalas salamnya.
“Bagaimana
kalau kita makan siang bersama?” Tanyanya.
“Mianhamnida,
Kris-ssi, aku punya urusan yang harus kuselesaikan. Dan sepertinya kau juga,
kau mungkin harus menyiapkan pakaian untuk pergi berkencan dengan Yoon Ah.”
Sarkastis.
Kenapa aku terdengar sinis dan sarkastik?!
“Aku tidak
pernah menyiapkan pakaian sebelum kencan.” Kris menyahut dengan sangat tenang,
dan dingin. Tangan kanannya dimasukkan ke saku celana. Yaah, sepertinya itu
memang kebiasaannya dari kecil.
“Itu bukan
urusanku, tuan.” Ujarku, lalu segera melambai dan pergi.
Kris POV
Dingin
sekali. Seharusnya, dia bersikap sedikit hangat kepadaku dan bukannya sinis
seperti itu. Ah, tapi memangnya apa yang kuharapkan?! Seorang
yeoja—yeojachinguku tepatnya—yang kutinggalkan tiga tahun tanpa kabar, akan
menyambutku dengan semangat sambil tersenyum riang? Ppabo!
Aku mengikuti
langkah lebar Sooyoung. Kakiku lebih lebar daripadanya, jadi mudah saja
mensejajarinya. Bahkan mungkin aku bisa menyalipnya dengan mudah. Aku melirik
ke samping, Sooyoung mengenakan celana jins biru gelap panjang, kemeja putih
biasa, mantel tebal bewarna krem, dan syal bewarna merah. Rambutnya yang
panjang dan berombak, diikat satu dengan sembarangan. Ada helai-helai rambut
yang terlepas dari ikatannya dan jatuh dengan lemas di samping telinganya.
Gadis sederhana.
Sooyoung
sepertinya sadar kuperhatikan, dia langsung menoleh dan menatapku bingung. “Ada
yang salah denganku?” Tanyanya, memandangi pakaiannya sendiri.
“Aniya. Kau
cantik.”
Sooyoung
melotot, “Itu sungguh tidak sopan. Kau bahkan tidak cukup mengenalku untuk
mengatakan itu.”
“Aku
mengenalmu selama tiga belas tahun. Apa itu tidak cukup untuk mengatakan itu?”
Tanyaku dengan santai.
“Kau bukan
Yifan. Kau tahu itu. Kau pasti hanya kembarannya, atau orang lain yang
kebetulan mirip dengan Yifan.”
“Tapi aku
memang Yifan.” Sahutku lemah, aku tidak tahu mengapa, tapi hatiku terasa sangat
sakit mendengarnya mengatakan itu.
Sooyoung
berbalik menatapku. “Kalau kau Yifan, kau punya banyak perubahan yang tidak
kusukai.” Katanya dengan sangat dingin dan tegas. Aku tidak percaya, tapi aku
melihat air mata berkumpul di pelupuk matanya yng bulat.
“Salah
satunya?”
“Kau bukan
Yifanku, selamat tinggal.”
“Kau
mengatakan itu untuk menyakitiku, tapi kau justru menyakiti dirimu sendiri!” Aku
berseru dengan suara keras dan tajam, Sooyoung berjalan meninggalkanku. Tapi
lewat bahunya yang naik turun, aku tahu dia menangis. AKu tetap diam, aku harus
memberi Sooyoung waktu. Tidak peduli berapa lama itu.
Author POV
Sooyoung
sudah memberikan instruksi kepada pelayan di restoran tempat Yoon Ah dan Kris
berkencan. Tidak peduli sesakit apa rasanya hatinya, dia tetap memaksa
menghancurkan kencan kedua itu.
Tiba saatnya.
Kris datang.
Dia mengenakan kaus yang ditutupi blazer lembut dan celana jins biasa. Dia
duduk di kursi paling pojok. Beberapa menit kemudian, Yoon Ah datang—mengenakan
gaun pendek bewarna hijau—yang langsung duduk di depan Kris.
Beberapa
menit kemudian, pesanan mereka datang. Pelayan yang telah diberi instruksi
Sooyoung, menatap Sooyoung dengan tidak yakin, Sooyoung langsung mengangguk.
Pelayan itu
mendekati Yoon Ah dengan ragu, lalu berpura-pura tersandung karpet merah tebal,
dan sukses. Jus stroberi itu tumpah di gaun—bahkan kepala—Yoon Ah.
“Apa-apaan
ini!” Cetus Yoon Ah dengan marah, sementara Kris berusaha menahan tawanya.
Sooyoung
menyelinap keluar dari restoran itu.
“Jinjja!
Kencanku gagal hanya karena pelayan sialan itu!” Seru Yoon Ah sambil
menjejakkan kakinya dengan kesal. “G.A.G.A.L!!”
“Sudah,
mungkin Kris bukan jodohmu saja. Atau mungkin waktunya yang tidak tepat.” Hibur
Yuri. Saat itu, Hyera dan Sooyoung belum tampak di sekolah karena keduanya
tidak punya jam pagi.
“Tapi, aku
sedikit curiga.” Kata Jessica dengan nada mengancam, “lihat tingkah laku
Sooyoung. Bahkan dia selalu menanyakan tempat dan waktu berkencan kita.”
“Jadi kau curiga
Sooyoung yang melakukan semua ini?”
“Ya,
lagipula, sepertinya Sooyoung memiliki affair
dengan Kris. Aku pernah melihat mereka berdua pulang bersama.”
“Baiklah, ayo
kita selidiki.”
Jessica,
Yuri, dan Yoon Ah tersenyum dengan sinis dan tajam.
Sooyoung dan
Hyera berjalan tergesa-gesa di sepanjang pekarangan sekolah yang luas. Mereka
heran karena Yuri, Yoon Ah, dan Jessica meminta bertemu lewat SMS setengah jam
yang lalu.
“Menurutmu,
ada hal penting yang ingin mereka sampaikan?” Tanya Hyera dengan bingung.
“Tidak.” Tapi menurutku, ya.
“Ah, baiklah.
itu mereka.” Memang Jessica, Yoon Ah, dan Yuri berdiri tidak jauh dari mereka.
Dan sekali lihat, Sooyoung tahu ada yang tidak beres dengan mereka.
“Annyeong.
Ada apa memanggil kami kemari?” Tanya Hyera, langsung duduk di samping Jessica
yang memandang Sooyoung sinis.
“Tidak usah
berbasa-basi, Hyera-ya.”
“Memangnya
ada apa?” Tanya Sooyoung, berpura-pura bodoh dan tidak tahu. Tapi memang dia
tidak tahu. Lagipula, mungkinkah teman-temannya itu tahu mengenai kejahatannya?
Mana mungkin!
“Aku tahu
semuanya Sooyoung-ah. Kau, dengan teganya menjegal kami dari belakang.” Yuri
beseru sambil melemparkan pandangan membunuh yang kejam. “Aku tahu kau punya affair dengan Kris kan? Jangan
berpura-pura kau tidak tahu semuanya.”
“Ada apa
ini?” Hyera bertanya sambil menunjukkan raut bingung.
“Tutup
mulutmu, Hyera-ya. Aku perlu memberi pelajaran pada yeoja jahat di depan kita.”
Sooyoung
menutup mulutnya dengan tangan, kaget dengan ucapan kasar Yoon Ah yang—tentu
saja—ditujukan untuknya. “Apa yang kalian maksud? Menjegal?!” Tanyanya.
“Ya! Pasti
kau yang menyuruh pelayan itu menumpahkan jusku di gaun yang kupakai! Jangan
berbohong Sooyoung-ah. Aku melihat mobilmu terparkir di dekat restoran itu!”
Sooyoung
terdiam. Itu benar. Semuanya benar.
“Kami akan
memaafkanmu, kalau kau tidak menghancurkan kencanku. Jika kau menghancurkannya,
maka kau akan menyesal seumur hidup!” Tegas Jessica, lalu menarik lengan Yuri,
sedangkan Yoon Ah menarik lengan Hyera. Awalnya Hyera menolak, tapi dengan
kasar Yoon Ah menariknya.
Sooyoung
sendirian.
Sooyoung POV
Itu benar.
Semua yang dikatakan Jessica benar. Aku memang yeoja jahat itu. Aku memang
jahat. Toh, kalau salah satu dari mereka adalah jodoh Kris, aku tidak akan bisa
menghancurkan takdir itu.
Aku menutup
mata. Rasanya benar-benar sakit, disini. Di hatiku.
Nae maumi neomu apayo…
Aku membuka
mata, dan aku mendapati Kris dihadapanku.
Sedang memandangiku. Tanpa dapat ditahan lagi, air mataku mengalir dengan
kecepatan tiada banding. Tangan Kris terjulur, mungkin berniat mengusapnya,
tapi aku mendorongnya.
“Aku tahu itu
bukan kau.” Kata Kris menenangkan.
“Tapi itu
memang aku. Kau tidak tahu siapa aku.
Kau tidak tahu!” Aku menjerit. Lalu
langsung berbalik meninggalkannya. Kubiarkan air mataku menetes-netes.
Siapa tahu
bahwa kencan Jessica bersama Kris benar-benar hancur?! Hyera yang
memberitahuku. Bahwa mereka—Jessica, Yoong, dan Yul—benar-benar marah dan
berjanji akan menghabisiku. Hyera bilang, esok aku tak usah berangkat dulu. Dan
biarkan kemarahan mereka menurun ke voltase yang rendah.
Tapi, tentu
saja aku menolak. Aku tidak sepengecut itu sampai kabur. Aku akan tegar
menghadapi semua. Toh, aku tidak berusaha menghancurkan kencan Jessica. itu
murni tidak sengaja. Tidak ada campur tanganku di urusan itu.
Jadi aku
berangkat pagi-pagi, lalu memutuskan naik mobil daripada naik bus dan langsung
berangkat. Kampus masih sepi, hanya beberapa anak yang baru berangkat. Tapi
mereka dan Hyera sudah menunggu. Dengan tenang aku menghampiri mereka, berharap
tidak langsung mendapat cacian dan makian.
PLAKK!
Author POV
PLAKK!
Jessica
menampar pipi Sooyoung dengan kasar.
“KAU MEMANG
BENAR-BENAR TIDAK BISA DIMAAFKAN CHOI SOOYOUNG!” Seru gadis itu dengan sangat
kasar.
“Apa? Apa salahku?!
Aku tidak mengganggu kencanmu!” Bentak Sooyoung sambil mengempaskan tangannya
yang awalnya memegangi pipinya.
“Tidak bisa
dipercaya! Dasar gadis jahat!” Kali ini Yuri yang berteriak. “Kau pikir kami
akan percaya dengan ucapanmu lagi?”
Sooyoung memandangi
ex-chingunya itu dengan dingin,
“Kalau aku memang benar, kau mau apa? Menjilat ludahmu sendiri?”
Jessica
melotot.
“Dengar
semuanya, aku memang menjegal—menghancurkan tepatnya—kencan Yoong dan Yul, tapi
aku tidak menghancurkan kencan Sica! Aku berani bersumpah!”
Jessica
tertawa sinis.
“TERSERAH!
Terserah kalian jika tidak percaya, terserah saja! Aku tidak peduli! Jauhi aku!
Maki aku sepuas kalian! Toh, kalian tidak bisa mengembalikan kencan-kencan
kalian dengan Kris! Terserah saja!” Bentak Sooyoung dengan tegas dan tajam lalu
bergegas pergi dari sana. Sooyoung memegangi bagian bawah sweter tebal yang
dikenakannya, meremasnya. Tubuhnya gemetar. Dia terduduk di beranda
perpustakaan tepat ketika Kris lewat.
Kris
menghampiri Sooyoung yang menunduk dengan air mata berjatuhan.
“Aku belum
pernah melihatmu terlihat bahagia.” Kta Kris sambil duduk disamping Sooyoung.
Sooyoung
menoleh, matanya sembap dan merah. “Oh ya? Kau masih bisa mengatakan itu?
Sekarang, kutanya, siapa yang membuatku seperti ini?!” Bentaknya.
“Mianhae,”
Kris menunduk, matanya memandangi Sooyoung intens meski tidak terlihat. “Aku
benar-benar tidak berniat meninggalkanmu.”
“Lupakan
saja.” Kata Sooyoung.
“Kita bertemu
nanti malam, pukul tujuh, di kafe Summerize.”
Sooyoung
mengedikkan bahu, lalu segera pergi dari sana.
Mala mini,
Sooyoung menata gaun-gaunnya di kasur. Memilih-milih gaun mana yang kira-kira
cocok digunakan malam ini. Dia harus tampak cantik di depan Kris.
Akhirnya,
Sooyoung memutuskan mengenakan rok balon selutut bewarna biru laut dan kaus
sesiku bewarna putih yang memiliki renda-renda tidak terlalu mencolok di
beberapa bagian. Hari ini tidak begitu hangat, jadi Sooyoung memadukan
pakaiannya dengan mantel putih yang tidak terlalu tebal dan sepatu bot berhak
yang tidak terlalu tinggi.
Setelah
semuanya siap, Sooyoung segera berangkat. Dia memutuskan menaiki mobil.
Kris sudah
menunggu di kafe sepuluh menit. Waktu yang lama untuknya, karena biasanya dia
yang telat. Bukan dirinya yang menunggu. Saat melihat Sooyoung memasuki kafe,
Kris merasa sangat lega. Dia menarik napas dalam-dalam agar tidak terlihat
terlalu gembira. Sooyoung sudah menghampirinya dengan wajah dingin.
“Mianhae, aku
terlambat.” Ujar Sooyoung dengan dingin.
“Gwenchana.
Kau mau memesan apa?”
Sooyoung
menyebutkan makanan yang disukainya, lalu melanjutkan dengan minumannya.
Kris
memandangi Sooyoung dengan heran, “Kau terlihat kurus, masa kau makan sebanyak
ini?” Tanyanya takjub.
Sooyoung
hanya tersenyum sedikit, lalu kembali sibuk dengan dunianya. Kris berjalan
menuju ruang pemesanan karena kafe ini tidak memiliki pelayan, dan pelanggan
memesan lewat komputer di ruang pemesanan.
Setelah
memesan dan mengambil pesanannya, Kris kembali sambil membawa dua baki. Memang
pekerjaan yang lumayan sulit, tapi Kris santai-santai saja.
“Untukmu, dan
ini untukku.” Katanya dengan tenang, lalu sibuk dengan baki makanannya.
“Aku tidak
punya waktu banyak.” Tandas Sooyoung sambil memandangi Kris. “Jadi, apa yang
ingin kau katakan?”
“To the point sekali,” gerutu Kris. “Well, apa kau masih menyukaiku?”
Refleks
Sooyoung mendongak. “Apa aku terlihat masih menyukaimu?”
“Aku bisa
jelaskan semuanya.”
“Silakan,”
Kris menarik
napas dalam, “Aku pergi, bukan kemauanku.” Katanya dengan perlahan. “Ini semua
karena ayahku. Salah satu karyawannya di perusahaan menggelapkan banyak uang.
Dan akibatnya, ayahku terkena getahnya. Dia harus membayar semuanya.”
Sooyoung
menatap Kris dengan prihatin, menyesal karena mengambil keputusan sebelum
mendengar kenyataannya.
“Kau tahu,
orangtuaku tidak memiliki cukup uang untuk membayarnya.” Jelas Kris getir.
“Mereka membawaku pergi. Meninggalkan Korea, menuju ke Negara kelahiranku. Kami
menetap disana selama tiga tahun. Kau tahu, mereka mengambil semua alat
komunikasi di rumahku, dan membuatku seperti hidup di penjara, terkekang. Itu
menyedihkan. Berulang kali aku berusaha meneleponmu, tapi mereka mengetahui itu
dan mengurungku di kamar selama seminggu. Aku berusaha kabur, tapi mereka lebih
pintar dariku, mereka meletakkan kamarku di lantai tiga. Jarak antara kamarku
dan lantai bawah tinggi sekali. Aku tidak berani turun.”
“Jadi—kita berpisah karena uang?” Tanya
Sooyoung berusaha bercanda.
Kris
tersenyum, senyuman getir. “Aku menulis namamu di tembok kamarku, mencatat
e-mail, nomor telepon, dan menempelkan semua klisemu. Suatu hari, aku berhasil
kabur dan meneleponmu. Kau tahu apa yang kudapatkan? Eommamu bilang, kau sedang
pergi pesta di sekolah. Seorang namja menjemputmu.”
Sooyoung
menunduk, dulu memang dirinya pergi ke pesta bersama namja yang menyukainya.
Saat itu, ia begitu putus asa mengharapkan Yifan, sampai akhirnya Sooyoung
mencoba menjalin hubungan dengan namja lain, bermaksud ingin melupakan Yifan,
tapi nyatanya tetap tidak bisa. Dia tetap mencintai Yifan.
“Kau ingin
aku melanjutkannya?” Tanya Kris.
Sooyoung
mengangguk pelan.
“Aku menyerah
saat itu juga. Kukira kau sudah melupakan aku. Hingga aku kembali ke Korea.
Orangtuaku berhasil membayar utang mereka, dan membiarkanku pergi kembali
kesini, bersama bibiku—ibu Baekhyun. Hari itu, aku mencari informasi tentangmu.
Kukira kau bahagia dengan namja pilihanmu. Tapi tidak, kau malah terlihat
menyedihkan. Jadi aku berusaha kembali masuk ke hidupmu. Rumahmu masih sama.
Jadi dengan mudah aku mengikutimu. Setiap hari, aku selalu menjemputmu. Diam-diam.
Dan hari itu, kau pergi ke pantai.” Kris menghela napas. “Aku, Baekhyun, dan
Luna melihatmu duduk di pinggir pantai. Aku tidak cukup berani untuk
menghampirimu, jadi kusuruh Baekhyun menemuimu.”
“Jadi, namja
yang memberitahu Baekhyun tentang diriku secara detail adalah, kau?”
Kris
mengangguk. “Itu cukup. Ceritaku berhenti sampai disini. Dan kau, jelas menolakku. Benar, kan?”
Sooyoung
menunduk, “Mianhae. Aku mengambil keputusan tanpa berpikir.”
“Arra.
Annyeong, Sooyoung-ah. Semoga kau bahagia tanpaku.” Kata Kris, lalu segera pergi meninggalkan meja itu.
“Jadi dia pangeran masa lalumu, itu?” Tanya Yuri
tiba-tiba, dia, Yoon Ah, dan Jessica sudah mendengar semuanya dari Kris dan
Hyera. “Mian, aku benar-benar tidah tahu. Memang seharusnya kami tidak
berkencan dengan namjamu.”
“Ini bukan
salahmu,” ujar Sooyoung pilu.
“Kalau
begitu, seharusnya kau mengejar Kris.” Sekarang, Jessica yang menyemangati.
Sooyoung
tersenyum, berurai air mata, lalu menghambur keluar dari kafe. Berharap tidak
kehilangan jejak Kris.
“Tenang saja,
Soo! Kris tidak mungkin pergi secepat itu! Aku, Yuri, dan Yoon Ah memarkir
mobil di sekeliling mobil Kris! Jadi dia tidak bisa keluar!”
Sooyoung
tersenyum, melambai sebentar, lalu bergegas keluar dari kafe. Sampai di
pelataran parkir, Sooyoung melihat Kris tengah memandang mobilnya yang bewarna
hitam di tengah-tengah mobil bewarna pink, silver, dan merah marun.
“Ya! Kau tak
bisa mengeluarkan mobil!” Seru Sooyoung sambil menghambur ke pelukan Kris.
Kris tampak syok
dengan kehadiran Sooyoung yang tiba-tiba. Dia langsung berbalik dan memandangi
Sooyoung penuh tanya.
Sooyoung
memperlihatkan senyum lima jarinya, lalu dengan santai berkata, “Kau tak bisa
menjauh dariku. Kecuali kalau kau berniat pulang tanpa mobil.”
“Yeah,
benar.”
“Nah, kalau
begitu, bisa tidak kita bicara berdua?”
“Baiklah,
disana ada kursi.” Kata Kris sambil menunjuk kursi kayu bewarna di pojok.
Setelah mereka duduk, Kris memulai percakapan. “Apa yang ingin kau katakan?”
“Apakah
tawaran itu masih ada?”
“Tawaran apa?”
“Aissh,
jinjja.” Sooyoung mengibaskan rambutnya yang tergerai, “apakah kau masih
mengharapkan aku menjadi
yeojachingumu?”
Kris langsung
tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Sooyoung yang jujur dan to the point, “Seharusnya kau tahu tanpa
harus bertanya.” Katanya sambil tersenyum.
Sooyoung
meringis tidak enak. “Well, kalau
begitu—bukannya aku terlalu percaya
diri, tapi artinya kau masih menyukaiku.Dan kalau kau ingin aku jadi
yeojachingumu, kau harus melakukan satu syarat dariku.”
Kris tampak
terkejut sebentar, tapi lalu menyahut dengan gaya santai. “Apa?”
Sooyoung
mencondongkan tubuhnya mendekat, hingga bibirnya hampir menempel di telinga
Kris, “Buktikan kalau kau masih mencintaiku.” Bisiknya dengan tenang.
“Okay.” Kris menyahut, lalu langsung masuk
ke dalam kafe lagi. Sooyoung mengikutinya dengan bingung. Sampai di dalam,
Sooyoung melihat sahabat-sahabatnya tengah menatap Kris dan dirinya bingung.
Pandangan
Hyera mengatakan ‘Apa yang terjadi?’ dan Sooyoung, tentu saja tidak dapat
menjawabnya.
Suara feedback berdengung membuat telinga
sakit, orang-orang menatap Kris di panggung dengan bingung. Sooyoung
lebih-lebih. Dia hanya dapat berdoa semoga Kris tidak melakukan hal gila.
“SOOYOUNG-AH,
SARANGHAEYO. SARANGHAEYO. SARANGHAEYO. JEONGMAL SARANGHAEYO. CHOI SOOYOUNG
SARANGHAEYO. SARAAAAAAAAAANGHAAAEYOOO!” Kris berteriak-teriak menggunakan mic sampai orang-orang menatapnya kesal.
Beberapa
detik setelah puas berteriak-teriak, Kris turun dari panggung dan menghampiri
Sooyoung yang tampak sangat terkejut.
“Naah, aku
sudah membuktikannya bukan?”
“Dasar
gila!!”
Kris hanya
terkekeh lalu memeluk Sooyoung. Sooyoung memutuskan hanyut ke dalam pelukan
Kris. Tanpa disadarinya, air mata bahagianya mengalir dengan sendirinya.
Akhirnya, dia kembali.
Dia kembali
menjadi Choi Sooyoung…
Dan Kris
kembali menjadi Wu Yi Fan-nya.
Miliknya
selamanya…
E N D
Hehe, gimana readers? Pada suka sama alurnya?
Ato malah kecepeten?
Mian ne, kalo ff ini ancur banget -___-
Tapi tetep dong, don't forget comment!
Gomawo sebelumnya ^^
Annyeong ^^
Woaa, happy end~~
BalasHapusAwalnya ga suka soalnya soo eon jadi jahat
Well, nice ff ^^
hehe iya ^^
HapusthanKYU udah comment ^^
waah ghamsahamnida :)
sukses bikin nangis._. tapi gatau kenapa._. padahal ini so sweeeeeetttttttttt :")
BalasHapussukaaaaaaa bgt sm sookris aaaaaaaa
BalasHapuswaahh,kereen
BalasHapusso sweet
untung deh ternyata mereka masih saling suka dan balikan lagi! yeah, happyending!
BalasHapuslucu banget pas adegan sooyoung ngegagalin rencana kencan temen-temennya, hahaha! dasar evil shikshin!
lain kali bikin sookris lagi ya author-nim?
tulisan kamu bagus, loh...