Title: My Fault
Author: MeydaaWK
Cast:
-Choi Sooyoung
-Cho Kyuhyun
-Other Cast
Genre: Sad, Romance, Love Story
Rating: Teenager
Length: Series
Author Note:
Annyeong ^^
Setelah nge-post, akhirnya Author mutusin utk ngepost ini sekalian. Sebagai permintaan maaf Author karena nglanjut lama -__-
Yaah, chapter ini mungkin aneh, pendek, jelek bla bla bla. Tapi pokoknya tetap RCL yaa ^^
Langsung aja deh, SIDER!! MENJAUHLAH!!
Check It Out!
Happy Reading~
04 May 2006~
Sooyoung
POV
“Sooyoung-ah,
pokoknya kau harus menikahi dia!” Seru Eomma keras sambil
bersedekap. “Kau tahu keluarganya sangat kaya, dan kita mungkin
akan kaya juga seperti mereka!”
“Eomma-ya,
aku menikah dengan Kyuhyun Oppa bukan karena uang.” Ujarku berusaha
tenang. “Tapi karena aku dan dia saling mencintai.”
“Eomma
tidak peduli, pokoknya, kau harus berhasil mendapat uang dan
tanah-tanah keluarga Cho yang tersebar di Korea!” Jelas Eomma
dengan sangat tenang. “Omong kosong apa itu, cinta?! Apa cinta
membuatmu kaya?!”
“Eomma…
Ini bukan masalah kaya atau tidak. Ini masalah perasaan. Aku tidak
mungkin bahagia jika aku menikah dengan orang yang tidak kusukai.”
“Omong
kosong, nyatanya aku menikah dengan Appa-mu bukan karena cinta!”
Aku
benci ketika Eomma sudah mengatakan tentang ketidak-adanya rasa cinta
pada hubungan pernikahannya yang retak delapan tahun lalu, saat Appa
pergi bersama wanita lain dan meninggalkanku dan Eomma dalam
kebangkrutan yang menyedihkan. Tapi dalam kasusku ini, aku mencintai
Kyuhyun.
Dan karena Kyuhyun adalah orang kaya, Eomma memaksaku cepat-cepat
menikah dengannya. Sejak seminggu yang lalu, Kyuhyun memang sudah
melamarku. Tapi aku tidak ingin menikah cepat-cepat, aku ingin
menikmati hubunganku dengan Kyuhyun dahulu sebelum berjalan menuju ke
jenjang yang lebih tinggi. Tapi sepertinya Eomma tidak sepikiran
denganku, dia menganggap pacaran adalah hal terkonyol yang pernah dia
dengar. Dan sekali lagi, aku tidak
bisa membantahnya.
“Pokoknya,”
kata Eomma lagi dengan sangat tegas. “Besok, kau harus sudah
menerima pinangannya.” Lanjutnya sambil berjalan pergi,
meninggalkan aku dalam kebingungan.
_____________
“Aku
menerimamu, Oppa.” Kataku. “Apa tidak sebaiknya pertunangan
dilakukan cepat-cepat?”
“Ya,
tentu.” Ujar Kyuhyun dengan semangat yang tinggi. Matanya berbinar
ceria dan senyumnya berkembang di bibirnya. “Appa-ku sudah lama
menanyakan ini.”
Aku
merasa aku adalah wanita terjahat di dunia ini, karena menginginkan
pernikahan untuk uang.
Meskipun, aku juga mencintainya.
“Sekarang,
ayo kita pergi berbelanja. Sebelum aku kembali ke kantor untuk
menyelesaikan pekerjaan. Lalu mengambil cuti untuk acara pertunangan
dan pernikahan kita.” Dia mencubit hidungku pelan, yang membuat aku
tertawa.
“Ah,
ya. Itu terdengar romantis.” Ujarku semangat, meski rasa tidak
nyaman itu masih menggelayut dalam hatiku. “Kita akan berbulan madu
kemana?”
“Mmm,
aku tidak tahu apakah keluargaku menginginkan tempat yang jauh.
Mungkin ke Prancis?”
“Tidak,
tidak.” Kataku menolak. “Itu terlalu mahal. Menurutku, Jeju saja
cukup.”
Kyuhyun
tertawa dan mencubit pipiku. “Tidak ada yang terlalu mahal bagimu,
baby.
Tapi—baiklah, seperti yang kau minta. Jeju!”
Aku
tertawa riang. Aku tidak ingin membuatnya menghabiskan banyak uang
untukku.
Toh pada akhirnya, aku akan memoroti
dia seperti
yang diinginkan Eomma.
“Baiklah,
ayo kita pergi ke toko cincin.” Ajaknya sambil menarik tanganku
agar berdiri. Lalu kami berjalan bergandengan menuju mobilnya yang
terparkir rapi di dekat sebuah pohon, dia mengeluarkan kuncinya lalu
membuka pintunya untukku dan mempersilakan aku masuk, sebelum dia
kembali ke pintu yang lainnya untuk dirinya sendiri. Aku selalu
merasa menjadi princess
dalam
serial kartun Disney
ketika bersamanya. Tuhan, bolehkah aku melakukan hal ini ketika niat
jahat ada di hatiku?
Kyuhyun
menyalakan radio
tape dan
mencari lagu yang cocok untuk keadaan kami saat ini. Dia
menemukannya, lagu mellow
yang
berlirik lagu bahagia sudah mengalun dengan lembut di mobil.
“Kau
ingin emas putih, atau emas biasa?” Tanya Kyuhyun ketika mobilnya
membelok ke arah toko perhiasan terkenal di Seoul.
Aku
tersenyum. Tidak tahu harus memilih apa, toh mungkin cincin itu akan
digadaikan oleh Eomma-ku setelah acara pernikahan selesai. Aku tahu,
saat acara pernikahan, Kyuhyun akan memberikan cincin yang berbeda
lagi—milik keluarganya turun-temurun, Eomma-nya pernah
memberitahuku tentang ini—yang artinya cincin yang dia beli untukku
tidak akan digunakan.
Kyuhyun
kembali membukakan pintu dan menarikku lembut keluar, dia bergegas
menyalakan alarm dan menggandeng lenganku protektif—meski aku tahu
dia bukan tipe laki-laki yang marah melihatku bersama namja lain jika
kami tidak memiliki hubungan.
“Aghassi,
kami mencari cincin.” Ujar Kyuhyun kepada pelayan yang tersenyum
dengan rambut bersanggul rapi.
“Ne,
chankamman. Anda menginginkan emas putih atau emas biasa?”
Seperti
pertanyaan Kyuhyun saja!
“Emas
putih, dengan mata berlian.”
“Oppa—tidak
perlu berlian!” Tolakku langsung. “Aku—aku tidak suka berlian,
jangan berlian—”
“Omong
kosong. Kemarin kau bilang bahwa kau ingin cincin seperti milik
aktris Song Hye Kyo yang berlian itu.”
“Itu—itu
kan saat itu… Sekarang, sekarang berbeda lagi.” Aku kelabakan
mencari alasan yang tepat.
Kyuhyun
menggelengkan kepalanya kepadaku, dan mengangguk kepada pelayan itu.
Sehingga pelayan itu berjalan menuju ke sebuah rak kaca dan
mengeluarkan sebuah kotak besar berisi cincin yang banyak—serta
sangat indah. Pelayan itu menyodorkan kotak itu kepadaku, sambil
tersenyum dan menunjuk-nunjuk cincin di dalam sana.
“Ini,
silakan memilih Nona dan Tuan.” Kata Pelayan itu tenang sambil
tersenyum lebar.
Aku
hampir saja ternganga, tapi untungnya Kyuhyun pernah menunjukkan
sebuah catalog yang menunjukkan sebuah cincin dengan mata berlian
super besar dan puluhan kali lipat lebih cantik dan mahal. Aku
memandangi cincin itu satu-persatu, semuanya indah dan terkemas dalam
model-model mata berlian yang cantik.
Pandanganku
tertuju kepada sebuah cincin emas putih yang memiliki mata
kecil-kecil, namun sangat indah. Aku menyukainya hanya dalam sekali
lihat. Lagipula, cincin dalam kotak itu memiliki mata berlian yang
besar, dan itu pasti mahal. Sudah kubilang, aku tidak ingin
memberatkan Kyuhyun dengan cincin yang nantinya hanya akan dijual.
Aku memandang Kyuhyun dan mendapati bahwa dia sedang memandangiku.
Tatapannya mesra dan intens sekali. Ah, pasti itu yang membuat pipiku
memerah.
“Mmm,
Oppa, bagaimana dengan yang ini?” Tanyaku sambil menunjuk cincin
yang kusukai itu.
“Sooyoung-ah,
kau tahu kau bisa mendapatkan lebih dari ini.” Ujar Kyuhyun sambil
tersenyum manis kepadaku. Ah, andai saja dia mengetahui niatku.
Mungkin saja sekarang dia sudah menamparku dan meludahiku, mungkin.
“Tidak.
Ini, atau tidak.” Kataku keras kepala. Tidak, Kyuhyun Oppa. Aku
tidak ingin memberatkanmu.
“Baiklah,
tolong yang ini.” Ucap Kyuhyun kepada pelayan itu.
Beberapa
menit kemudian, pelayan itu kembali sambil menyodorkan paper
bag bewarna
silver mungil yang cantik berisi cincin tadi. Kyuhyun menyerahkan
uang dan pelayan itu kembali masuk—mungkin untuk mengambil
kembalian.
“Kajja,
kita pulang.” Kata Kyuhyun setelah menerima uang kembalian itu. Dia
kembali menggandeng lenganku, dan sedikit
menyeretku.
Jarak antar tubuh kami sempit sekali. Bahkan mungkin tidak ada. Tapi
aku sama sekali tidak merasa keberatan, dia adalah kekasihku,
calon pengantin
untukku. Dan lagipula, aku tidak pernah sekalipun merasa risih dengan
perlakuannya kepadaku. Cinta memang sangat indah.
Ketika
kami sudah duduk di dalam mobil, Kyuhyun menatapku—bahkan lebih
intens dari tadi—dan tidak tahu bagaimana hal itu terjadi, bibirnya
sudah menempel di bibirku.
__________
“Kau
menginginkan gaun yang mana? Atau, mungkin kau bisa memberitahukan
kepada Mrs. Kim ini warna yang kau inginkan?” Tanya Kyuhyun sambil
memandangku dengan senyumannya yang membuatku meleleh.
Mrs.
Kim—desainer khusus keluarga Cho sudah menunggu sejak
tadi—melihatku mengelilingi butik wedding
dress-nya
yang lebar dan luas yang berisi puluhan atau malah ratusan gaun-gaun
yang sangat indah sekaligus mahal.
“Mmm,
apa kau menginginkan gaun bewarna putih seperti pengantin umumnya?”
Tanya Mrs. Kim sambil tersenyum ramah.
“Tidak,
jangan putih.” Kudengar suaraku parau dan mencicit. “Hitam, aku
ingin gaun hitam.”
“Soo—apa
yang kau pikirkan? Masa kau ingin berpakaian hitam dalam pernikahan
kita? Seakan-akan kita sedang berduka saja!” Tutur Kyuhyun.
Tidak,
aku tidak akan pernah memakai gaun bewarna putih dalam pernikahanku
dengan Kyuhyun. Tidak, selama aku masih bisa memilih warna lain.
Kalian tentu bisa menebak alasanku. Aku tidak sesuci warna
putih—lambang kesucian. Aku kotor, dan jahat, dan kejam. Warna
putih hanya akan membuatku terlihat semakin jahat. Hanya hitam yang
bisa melambangkanku. Hitam. Karena hitam dianggap warna
kotor dan
kadang diartikan kegelapan dan kejahatan. Maka, warna yang paling
cocok untukku dan semua niatku adalah Hitam.
“Oppa,
aku terlihat aneh memakai warna putih. Tolonglah, aku ingin sekali
memakai warna hitam dalam gaunku.” Ujarku memohon. Suaraku
terdengar sangat menyedihkan.
“Baiklah,
Mrs. Kim. Hitam, tolong buatkan gaun bewarna hitam.” Kyuhyun tampak
sedikit bingung dengan sikapku dan memandangiku. “Kau ingin model
seperti apa, Soo?”
Aku
terdiam. Mataku memandangi setiap gaun-gaun yang dipajang di dinding
butik yang bersih. Mataku mulai memandangi satu-persatu, dan
pandanganku terjatuh kepada sebuah gaun panjang sekali, yang
mempunyai lengan sesiku yang melebar pada bagian bawah lengan. Pada
lehernya, terdapat sebuah renda yang membentuk kerah tinggi.
Sementara bagian dadanya sedikit ke bawah. Gaun itu sangat cantik
sekaligus sederhana. Ada sebuah pita dan tali-tali pendek pada bagian
dada dan sebuah bros rubi ditempelkan di depan pita besar itu.
“Aku
ingin itu!” Kataku spontan.
Mrs.
Kim mengangguk. “Memang, menurutku kau akan sangat cantik jika
memakai gaun itu, Sooyoung-ah. Aku akan menyiapkannya dalam sebulan.
Apakah kau ingin perombakan sedikit atau sama seperti itu saja?”
Tanyanya.
“Seperti
itu saja.” Sahutku sambil memandangi gaun itu lagi. Semoga saja
harganya tidak semahal gaun yang lainnya. Mrs. Kim mengeluarkan
meteran dan mengajakku masuk ke ruangan tertutup—seperti kamar
pas—di pojok ruangan. Mrs. Kim menutup pintu dan memandangi tubuhku
dari atas ke bawah. Aku ketakutan. Mungkin saja dia bisa melihat niat
jahat yang tersimpan rapat di balik topeng wajahku kini. Aku menghela
napas.
“Sooyoung-ah,
bisakah kau melepas pakaianmu dan membiarkanku mengukur tubuhmu?
Pakaianmu terlalu tebal. Bisa-bisa gaun yang kau pesan kebesaran
karena salah ukuran.”
“Ah,
ne.” Desahku lega. Tentu saja dia hanya ingin mengukur tubuhku!
Bodohnya aku!!
__________
Aku
tidak percaya bahwa hari ini memang
hari
pernikahanku. Bagaimana mungkin hidupku yang singkat—dan
menyedihkan—akan dimulai? Well,
menurutku hidup baru dimulai setelah aku menikah. Dan kini aku hampir
menikah.
Tidak bisa dipercaya.
“Sooyoung-ah,
ayo cepat!” Seru Appaku sambil mendengus. Dia terpaksa datang
sebagai waliku. Aku tidak punya kakak laki-laki. Jadi dengan sangat
terpaksa aku meminta Appa datang.
“Ne,
Appa.” Aku memandangi wajahku yang terpampang di kaca sekali lagi.
Make-up-nya
sempurna. Keluarga Cho menyewa banyak sekali tukang make-up—aku
lupa apa namanya—yang sangat professional. Belakangan aku mengingat
bahwa aku pernah melihat mereka di teve sedang merias wajah para
aktris Korea terkenal. Gaun hitamku—yang tampak sangat rapi seolah
diseterika puluhan ribu kali—terlihat manis dan melekat pada
tubuhku dengan apik. Bukannya aku memuji diriku sendiri atau apa, aku
hanya merasa cantik di atas kegelapan hatiku.
Appa
menyodorkan lengannya kepadaku—bersamaan dengan musik sakral dari
piano di pojok ruangan dimainkan—aku memasukkan lenganku ke
tengah-tengah lengannya dan kami berjalan diiringi tatapan iri para
yeoja teman-teman Kyuhyun sewaktu sekolah dan teman-teman yeojaku
yang tampak terharu melihatku berdiri. Namun ada satu hal yang
membuatku sedikit terganggu, tampaknya mereka merasa sangat terganggu
melihatku memakai warna hitam. Memang, atas kemurahan hati serta
kekayaan keluarga Cho, mereka membuat gereja besar itu dihiasi dengan
nuansa hitam putih. Dinding-dindingnya yang memang bewarna putih,
diberi hiasan bewarna hitam gelap. Kyuhyun memakai tuxedo bewarna
putih bersih, terlihat sangat bersih dan bersinar. Sedangkan aku
terlihat gelap, menyedihkan, dan redup.
Kyuhyun
menyambutku dan melemparkan sebuah senyuman manis kepadaku. Aku
mengangguk kepadanya dan berjalan di sampingnya. Kami berdua
bergandengan dan menghadap ke pastor yang sudah menunggu ingin segera
mengucapkan janji-janji setia ala pernikahan.
__________
Aku
menangis. Benar-benar menangis.
Air
mataku menetes-netes dengan cepat, membasahi gaun hitam yang
kukenakan seolah-olah mataku adalah air mancur yang tidak akan
berhenti mengucurkan air dengan deras. Belum genap sehari
pernikahanku berlalu, aku sudah menangis.
“Jadi
selama ini hanya UANG yang ada di otakmu Choi Sooyoung?!” Bentak
Kyuhyun dengan amarah meluap-luap dan menunjukku seolah-olah aku
adalah sampah.
Aku
kecewa kepada diriku sendiri sekaligus kepadanya.
“Kalau
begitu, KAU HANYA MENGINGINKAN UANG DARI PERNIKAHAN INI CHOI SOOYOUNG
SIALAN?!” Bentaknya lagi, kali ini volume suaranya melengking
tinggi.
Aku
semakin terpuruk dalam lembah kegelapan hatiku sendiri.
Dia
benar. Aku memang Choi Sooyoung sialan. Aku memang begitu…
“JAWAB
AKU CHOI SOOYOUNG!”
Bukannya
suaraku yang keluar, malah air mataku yang mengalir semakin deras.
Dia memang mengetahui segalanya. Niat jahatku. Semuanya. Seandainya
Eomma tidak menyeretku keluar dari ballroom
gereja
menuju ke kamar mandi dan membisiki tentang rencananya
yang harus
aku lakukan. Kyuhyun memang tidak menumpahkan semua amarahnya secara
langsung kepadaku. Dia menunggu ketika kami benar-benar berdua. Aku
tidak tahu bahwa dia tahu. Yang aku tahu, tiba-tiba dia menatapku
tajam dan mengatakan tentang niat busuk Eommaku.
“Bagus,
kalau kau tidak mau menjawab. Aku mengambil kesimpulan bahwa
jawabannya adalah ya.” Kyuhyun menghela napas, tampak sangat tinggi
di atasku. Setiap ucapannya seperti algojo yang memotong-motong
tubuhku sedikit demi sedikit. Sementara aku, kecil, tidak berdaya,
lemah, dan tidak tertolong lagi.
“Oppa—”
Air mataku kembali mengalir di pipiku ketika suaraku akhirnya
kembali. “Tolong—dengarkan…” Hilang kembali.
“AKU
TIDAK PEDULI!” Suara Kyuhyun kembali meninggi. Dia berbalik dan
menghilang di ruangan lain. Aku menunduk—keadaanku benar-benar
tidak karuan, bersimpuh di lantai dengan wajah dan pakaian yang tidak
karuan—berusaha mencari jalan keluar agar pernikahan kami tidak
kandas begitu saja…
Beberapa
saat kemudian, suara ketak-ketuk suara sepatu Kyuhyun terdengar. Aku
kembali mendongak, seolah menantinya memukulkan algojonya di atas
kepalaku.
Dia
membawa berkas-berkas dalam amplop besar cokelat dan sebuah koper
kecil di tangannya yang lain. Kyuhyun melemparkan semuanya di hadapan
wajahku.
Brak.
Barang-barang
yang dibawanya berserakan di hadapanku, mengiringi air mataku yang
mengalir semakin banyak. Membuatku yakin sekali aku akan buta jika
mengeluarkan air mata lagi.
“Ini
semua adalah kekayaanku yang KAUINCAR! JADI SILAKAN MAKAN ITU!”
Seru Kyuhyun sambil menendang koper itu ke arahku sehingga terbuka.
Isinya adalah puluhan tumpuk uang. “DAN INI, ADALAH SURAT-SURAT
TANAH KELUARGA CHO YANG RENCANANYA KAU CURI ITU!”
“Sekarang,
ini semua untukmu! Selamat tinggal!!”
Langkah
kakinya menjauh, meninggalkanku sendirian, ketika akhirnya terdengar
suara pintu utama tertutup dengan sangat keras.
Lalu
segalanya menjadi gelap.
____________
Aku
terbangun ketika bermimpi jatuh di lembah yang sangat curam. Hal
pertama yang aku lihat adalah setumpuk uang. Uang itu membuatku sadar
bahwa
sekarang aku memang sendirian. Ditinggalkan begitu saja.
Kepalaku
berdenyut nyeri dan seluruh tulangku seakan terlepas dari persendian,
mataku juga terasa panas dan sangat berat—bahkan untuk sekedar
dibuka. Aku berusaha keras bangkit, memandangi semua amplop yang
berserakan di depanku.
Ucapan-ucapan
menyakitkan Kyuhyun kemarin seolah menyihirku. Aku kembali menggigit
bibir, berusaha keras agar tidak menangis. Mungkin banyak pengantin
baru yang menangis ketika merindukan keluarga mereka, tapi tidak ada
yang menangis, sadar bahwa dirinya hanya pengantin baru menyedihkan
yang tidak diperlukan dan ditinggalkan begitu saja. Kecuali aku.
Dengan
langkah sempoyongan, aku berjalan menuju kamar kami. Kemarin Kyuhyun
mengajakku ke rumah ini dan menunjukkan dimana kamar kami
nantinya.
Aku tersenyum kecut, seakan sadar diri bahwa aku hanyalah orang
buangan, bahwa kami tidak akan pernah berbagi kamar. Selamanya,
mungkin.
Ketika
memasuki kamar, hatiku seakan dihantam berkali-kali oleh palu besar
bergerigi yang sangat menyakitkan. Kamar itu dihias dengan begitu
banyak bunga sehingga ketika pintu terbuka, aroma bunga itu akan
melesak keluar dengan cepat. Namun, seperti nasibku, banyak bunga
diantaranya layu dan mengerut. Sama sepertiku. Kulangkahkan kakiku
dengan berat dan dengan tubuh bergetar hebat menuju ke tengah kasur
yang ditaburi oleh bunga-bunga mungil yang membaurkan aroma segar.
Air mataku kembali menetes-netes membasahi seprainya yang sehalus
sutera.
Hanya
satu yang membuatku sadar,
dering
ponsel.
Aku
yakin sekali bahwa itu adalah nada dering ponselku yang baru. Nada
deringnya terdengar ke seisi ruangan. Aku bangkit dari kasur dan
mulai mencari dimana letak ponselku. Gaun hitam yang kusut ini
memberatkan langkahku sehingga beberapa kali aku hampir terjatuh
ketika menginjak bagian bawahnya. Akhirnya aku menemukannya di bawah
meja. Mungkin kemarin Kyuhyun tanpa sengaja mengamuk—membantingi
isi tasku dan perabot rumah. Aku mengambilnya dan mendapati bahwa
sebuah panggilan dari Bibiku masuk.
“Annyeonghaseyo,
Bibi.” Sapaku berusaha ceria, meski suara serak dan parauku
terdengar sangat jelas.
“Sooyoung-ah,
tolong dengarkan ini baik-baik. Dan tolong berpegangan pada sesuatu.”
Kata Bibi sambil menghela napas. Aku mengerutkan dahi, namun tak
urung mundur untuk bersandar pada sebuah rak besar. “Sooyoung-ah,
tadi malam, Eomma-mu… Meninggal.”
Dan,
seolah air mata yang kukeluarkan semalam belum cukup juga, air mataku
membludak.
Kemana
semua kebahagiaanku?! Kemana?
Aku
bersimpuh, menangis terisak cepat dan dalam. Tanganku yang memegangi
ponsel terjatuh layu di samping tubuhku yang bergetar keras.
Mungkinkah…
Mungkinkah
gaun ini adalah gaun kegelapan yang benar-benar nyata?!
T B C
Hehe, gimana? Jelekkah? Atau feelnya dapet?
Mian ne, kemarin gak bisa dibuka -__-
sekarang udah bisa kah?
Kalo iya sih alhamdulillah ._.
Tetep RCL yaa ^^
sedih......
BalasHapustpi alurnya kcepetan nie....
jdi kurang dapet feelnya...
nextnya dtnggu...
Next yah ^^
BalasHapusalurnya bagus thor ..
Sedih-sedih gimana gitu :D
huwaa, baru nikah tapi soo ud sedih aja, ud berantem hebat sama kyu.. TT_TT knp kyu ga mau dengerin penjelasan'a soo dulu.. :(
BalasHapusga tau harus sedih atau seneng ketika tau eomma'a soo meninggal.. -_-"
Ditunggu next part'a thor, jgn lama2 yaa.. :)
omoooo sedihnyeee T___T
BalasHapuseomma sooyoung mati dengan dosa yang masih menempel ditubunya :"(
lanjutt aaahhh lanjut penasaraaan
sumpah miris bgt. belum sehari nikah tp kyu udh ninggalin soo tanpa dgr penjelasannya. walaupun shrsnya kyu sadar klo sebelum nikah, soo gak minta hal yg mewah. semua krn eommanya & skrg eommanya jg meninggal. terasa bgt ikutan nyesek hatiku pas baca *jujur* seakan membenarkan gaun yg dipakai soo TT__TT
BalasHapusy ampun kasihan banget soo eonn T___T
BalasHapushuaaa,kmana semua kebahagiaan soo eonn??
soo eonn fighting
next psrt d tnggu :)
bagus thor.... tp aneh cz abis romantis, tiba2 kyuppa lngsung marah2...
BalasHapuskaya'y alur'y kecepetan....
ok lanjut next part thor....
Kasihan Syoung unni.
BalasHapusUdah ditinggal appa, kyuppa, sekarang omma. Gimana nih?
Pertama bahagia, selanjutnya suram.
Ditunggu next patynya, thor ;)
Secepatnya nextt chingguuu =D *maksa-_-"
BalasHapusPenasaran bnget ....
KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAA cerita apa ini TvT huaaaaah ini lebih parah daripada impostress..........demi Tuhan ini huaaah gatau harus ngomong apa, nyeseknya parahhh nextnya jangan lama2 ya thor,fighting~
BalasHapussedih banget... knapa eomma soo gitu sih?
BalasHapushuaaaa~ eommanya soo eonni kok mata duitan ya ? -_- nice ff thor ^^
BalasHapussesek thor bacanya.. sumpah :D
BalasHapusgood deh :)
aih eommanya sooyoung jahat -,- next thor
BalasHapuscerita keren banget thor d-o-b
BalasHapuskerenn, hilang sudah penghalang buat kyuyoung
BalasHapusChingu,,, ini kerenn aku suka ceritanya,, kasin soo dtinggal kyu, n itu semua gr2 ibunya soo yg ksrannya dsebut gila harta....
BalasHapusSedihh bangett sama nasibnya soo, rasanya pengen nangis
oh my...aku g tega bacanya soo eonni kasian bgt
BalasHapus